Juangrakyat.com, Jakarta. Niat Tim PBNU memanggil Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKB Hasanuddin Wahid untuk meminta klarifikasi disharmonisasi PBNU dan PKB ternyata harus bertepuk sebelah tangan. Hasanuddin Wahid mempertegas penolakannya untuk datang memenuhi pemanggilan dari Pansus.
“Lalu tiba-tiba bikin tim mengundang saya. Kayak dagelan aja. Mana mungkin saya memenuhi undangan mereka. Secara organisasi kita enggak ada urusan sama Gus Yahya dan Saiful, kita entitas berbeda,” ungkapnya kepada wartawan.
Bukan tanpa alasan sikap tegas aktivis PMII tersebut, Hasanudin menganggap Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf secara terang-terangan menggembosi dan mengadu domba warga Nahdlatul Ulama dengan PKB. Bahkan, indikasi penggembosan tersebut sangat jelas pada Pilpres lalu.
Hasan “Kriwil” panggilan akrab Anggota DPR RI Dapil Malang Raya ini mengemukakan, sebelumnya PBNU telah mengklaim kalau PKB bukan representasi NU sebelum pemilu 2024 berlangsung. Namun, setelah itu, PBNU mempertegas kembali bahwa visi misi PKB yang dinilai sudah melenceng dari awal berdirinya.
“Begitu pasca pemilu PKB suaranya naik drastis, kursinya naik signifikan lebih dari 2.150-an kursi semua tingkatan, eh dikatain kita melenceng bahkan rusak,”ujarnya.
Sementara itu, Soedarsono, Aktivis dan Mantan Ketua IPNU Jawa Timur kepada Juangrakyat.com mengaku konflik PKB dan PBNU saat ini sudah melampaui batas kewajaran. Terlebih, sindiran keras di media sosial terhadap dua lembaga tersebut cukup menjadi perhatian publik secara luas.
” Memalukan (konflik PKB dan PBNU), sudah saatnya Kiai Sepuh untuk turun tangan meredamnya. Kedua belah pihak harus lebih memperhatikan kepentingan umat dan masyarakat Indonesia.” terangnya.
Kata Cak Dar, PBNU dan PKB mempunyai sejarah cukup baik di kalangan nahdliyin. Sebagai catatan, pendirian PKB sebagai partai oleh para Kiai Nahdlatul Ulama sudah cukup jelas kepentingannya. Cak Dar kembali menyebut, keduanya harus dikembalikan untuk kepentingan bangsa dan negara sesuai dengan jalur masing-masing.
” Wistalah (sudahlah), PBNU dan PKB jangan memperuncing persoalan yang ujung-ujungnya saling lapor di kepolisian. Yang malu ya kita (nahdliyin) ini,” pungkasnya. (red/sru)