Juangrakyat.com, Surabaya. Duel panas Lembaga Survei terjadi di Pilkada Jawa Timur disaat masa kampanye sedang bergulir. Hadirnya ketiga kandidat dalam konstestasi membawa warna dalam pesta demokrasi rakyat Jawa Timur. Lembaga survei disibukkan dengan data yang akan disuguhkan ke publik hingga menjelang coblosan 27 Nopember mendatang.
Berangkat dari pendaftaran Paslon, ketiga pasangan mendapatkan tanggapan variatif dari lembaga survei yang turun ke masyarakat. Poltracking, melakukan survei pada tanggal 4 – 10 September 2024 di 38 Kabupaten dan Kota merilis angka untuk ketiganya. Petahana Khofifah Emil menempatkan posisi teratas dengan 57,3 persen, Risma Gus Hans 22,7 persen dan Luluk Lukman mencapai 2,2 persen.
Sementara untuk elektabilitas personal Calon Gubernur, Khofifah masih terbilang tinggi dengan mencapai 55,3 persen, kemudian Risma 22,8 persen dan Luluk hanya 1,8 persen. Tentu angka ini bisa berubah saat masa kampanye dan mendekati pencoblosan.
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia juga melakukan pengamatan di Pilgub Jatim kali ini. Mereka turun pada tanggal 9-14 September 2024 dengan melibatkan 1000 responden. Dari data Survei Indikator Politik Indonesia menyebut, elektabilitas petahana Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak menyentuh 61,2 persen, kemudian Tri Rismaharini- KH Zahrul Azhar Azumta mencapai 26 persen dan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Hakim hanya 2,2 persen. Sebanyak 0,5 persen memilih golput dan 10,2 persen responden tidak menjawab.
Pada simulasi elektabilitas Cagub, Khofifah menduduki peringkat pertama 60,9 persen, kemudian Risma 26,9 persen dan Luluk jauh lebih rendah yakni hanya 1,8 persen. sebanyak 0,7 persen responden memilih golput dan 9,7 persen tidak menjawab.
Nah, terbaru ada lembaga survei yang melakukan di tanggal 14-26 September 2024 yang melibatkan 1800 responden.
Lembaga Kajian Politik Indonesia (LKPI) merilis hasil yang berbeda dengan kedua lembaga sebelumnya. Dari rilis yang diterima, elektabilitas petahana Khofifah Emil menempati urutan kedua hanya 33,2 persen sedangkan pasangan Risma-Gus Hans mencapai 45,7 persen dan Luluk-Lukman hanya 9,3 persen. Apa ini mungkin terjadi bagi pasangan baru dipertemukan?
Dari data LKPI, untuk tingkat popularitas paslon Khofifah-Emil Dardak terbilang masih tinggi mencapai 88,7 persen. Paslon Risma-Gus Hans menempati urutan kedua mencapai 86,8 persen, dan Luluk-Lukman dengan tingkat keterkenalan mencapai 50,8 persen.
Menyimak ketiga lembaga survei yang beredar di masyarakat dengan waktu berdekatan, LKPI terbilang menghasilkan data yang berbeda. Baik itu elektabilitas maupun popularitas dari ketiga kandidat di Pilgub Jatim.
Sekretaris Exco Partai Buruh Jawa Timur, Nuruddin Hidayat, mengatakan, tidak semua hasil survei bisa menjadi patokan dalam menentukan pilihan setiap konstestasi Pilkada. Kata Udin, ada juga lembaga yang masih dipertanyakan metodologinya berdampak pada hasil yang dirilis ke publik.
“Tidak semua hasil survei, atau jajak pendapat bisa dipercaya karena masih ada lembaga survei yang asal dan metodologinya dipertanyakan. Selain itu sering kali lembaga survei bekerja berdasarkan permintaan kandidat atau paslon Kepala Daerah,” ungkapnya.
Udin juga meragukan hasil survei Lembaga Kajian Politik Indonesia (LKPI) yang menyebutkan petahana Khofifah Emil dengan segudang prestasi untuk Jawa Timur hanya berada di posisi kedua. Sedangkan, Risma-Gus Hans yang baru saja dipertemukan berada dipuncak survei dengan 45,7 persen versi LKPI.
“Aneh kok terbalik, angka ini jauh berbeda dengan survei dari Poltracking dan Survei Indikator Politik Indonesia. Elektabilitas Khofifah-Emil sebesar 57,3 persen dan 61,2 persen. Kemudian, jika dilihat dari keberhasilan capaian kinerja petahana Khofifah-Emil pada periode pertama memimpin Jawa Timur, seharusnya saya yakin angkanya bisa lebih dari 60 persen.” pungkasnya. (red/*)